Hollaa....
Welcome back to my blog
Kali ini saya akan membahas konflik dalam perusahaan dan cara menyelesaikan masalah tersebut
Okay, Let's start it
KONFLIK
Pengertian Konflik
Konflik berasal
dari kata kerja Latin configere yang
berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri
yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaanperbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan,
adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar
dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah
mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya,
konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai
sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan
integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Konflik itu
sendiri merupakan proses yang dimulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak
lain telah mempengaruhi secara negative atau akan segera mempengaruhi secara negative.
Faktor-faktor kondisi politik (Robbins,Sthepen,2003,Perilaku organisasi) :
- Harus dirasakan oleh pihak terkait
- Merupakan masalah persepsi
- Ada oposisi atau ketidakcocokan tujuan, perbedaan dalam penafsiran fakta, ketidaksepakatan pada pengharapan perilaku
- Interaksi negative-bersilangan
- Ada peringkat konflik dari kekerasan sampai lunak
KONFLIK DALAM PERUSAHAAN
1.
Konflik Beda Gaya Kerja
Gaya kerja
seorang karyawan memang tidak dapat dipisahkan dengan kepribadiannya secara
umum. Sementara kita ketahui bahwa proses pembentukan kepribadian sudah
berlangsung sejak yang bersangkutan masih kecil dan tinggal dalam keluarga dan
masyarakatnya. Dalam sebuah budaya yang cenderung keras, maka akan membentuk
seorang karyawan yang umumnya memiliki tekad kuat dalam mencapai sesuatu,
tetapi disisi lain mungkin saja perilaku yang “keras” juga akan muncul. dan
setiap karyawan sudah mengetahui gaya kerja sendiri dan orang lain, dalam hal
ini atasannya, maka semua pihak harus mampu menyesuaikan dirinya dengan gaya
lawan bicara atau rekannya tersebut.
2.
Konflik Penugasan dari Atasan
Akan lebih baik
jika pemberian tugas kepada karyawan, disesuaikan dengan Job Description
(Jobdesc) yang ada. Seandainya memang harus mengerjakan tugas di
luar jobdesc-nya, pemberian pemahaman bahwa tugas teresebut bersifat
sementara karena rekan kerja tidak masuk itu penting. Hal ini, sekaligus
merupakan proses empowerment atau pemberdayaan karyawan untuk belajar
hal baru, sehingga dia dapat berkembang. Pengertian ini dapat diberikan dan
dilakukan agar tumbuh kesadaran baru dari karyawan tersebut, dan membantu
karyawan tersebut melihat sudut pandang lain dari tugas yang diberikan padanya.
Proses
penyampaian sebuah pemahaman yang dilakukan dengan tujuan positif, umumnya
dilakukan secara transparan dengan menyampaikan fakta yang ada selama ini,
serta berbagai potensi dan kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan
datang. Memberi tugas kepada anggota tim,
memang selayaknya dilakukan oleh seorang atasan. Tetapi proses atau strategi
memberikan tugas tersebut yang terkadang membuat konflik muncul. Maka, sejak
awal memberikan pemahaman kepada para atasan, agar dapat memberikan penugasan
dengan langkah-langkah yang positif tentunya mampu mengurangi konflik antara
atasan dan anggota tim-nya.
3. Konflik Masalah Personal Karyawan
Saat seorang
karyawan yang dulunya rajin berangkat kerja, sekarang mulai izin tidak masuk
kerja berulang kali dalam satu bulan. Saat seorang yang disiplin, dengan datang
sebelum jam masuk kerja dimulai, mulai sering datang terlambat. Saat seorang
yang biasanya ceria, kini lebih sering “menekuk” mukanya, dan cenderung menarik
diri dari rekan kerja.
Perubahan perilaku seperti itulah
yang mungkin perlu diamati.Bahkan bila perlu memanggil karyawan bersangkutan,
untuk dapat melakukaproses coaching dan counselling,
menjelaskan sudut pandang dari manajemen terkait dengan perubahan yang
cenderung ke arah negatif tadi, akan membuatnya dinilai tidak berprestasi oleh
manajemen, dan tentu saja memiliki konsekuensi yang ada. Perbedaan antara
memberi solusi bagi pokok masalah yang ada, maupun sekedar ingin tahu masalah
yang ada, akan menimbulkan pemahaman dari karyawan seberapa seorang HC
Practitioner mampu bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya.
Pendekatan
penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah
kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam
dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :
1. Menghindar
Menghindari
konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidakterlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan
ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak
yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang
terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah
kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan
diskusi”.
2. Mengakomodasi
Memberi
kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah,khususnya
apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya
kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan.
Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain
dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
3. Kompetisi
Gunakan metode
ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang
lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan
nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi
merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
4. Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan
menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima,
serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
5. Memecahkan
Masalah atau Kolaborasi
Pemecahan
sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang
sama. Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling
mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.Mengendalikan konflik
berarti menjaga tingakat konflik yang kondusif bagi perkembangan organisasi
sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan dinamika organisasi
yang optimal. Namun bila konflik telah terlalu besar dan disfungsional, maka
konflik perluditurunkan intensitasnya, antara lain dengan cara :
a)
Mempertegas atau menciptakan tujuan bersama.
Perlunya dikembangkan tujuan kolektif diantara dua atau lebih unit
kerja yang dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai suatu unit kerja saja.
b)
Meminimalkan kondisi ketidak-tergantungan.
Menghindari terjadinya eksklusivisme diatara unit-unit kerja melalui kerjasama
yang sinergis serta membentuk koordinator dari dua atau lebih unit kerja.
c)
Memperbesar sumber-sumber organisasi seperti :
menambah fasilitas kerja, tenaga sertaanggaran sehingga mencukupi kebutuhan
semua unit kerja.
a) Membentuk forum bersama untuk mendiskusikan dan
menyelesaikan masalah bersama. Pihak-pihak yang berselisih membahas sebab-sebab
konflik dan memecahkan permasalahannya atas dasar kepentingan yang sama.
b)
Membentuk sistem banding, dimana konflik
diselesaikan melalui saluran banding yang akan mendengarkan dan membuat
keputusan.
c)
Pelembagaan kewenangan formal, sehingga wewenang
yang dimiliki oleh atasan atas pihak- pihak yang berkonflik dapat
mengambil keputusan untuk menyelesaikan perselisihan.
d)
Meningkatkan intensitas interaksi antar
unit-unit kerja, dengan demikian diharapkan makin sering pihak-pihak
berkomunikasi dan berinteraksi, makin besar pula kemungkinan untuk memahami
kepentingan satu sama lain sehingga dapat mempermudah kerjasama.
e)
Me-redesign kriteria evaluasi dengan cara mengembangkan
ukuran-ukuran prestasi yang dianggap adil dan acceptable dalam menilai
kemampuan, promosi dan balas jasa.
https://www.academia.edu/19450764/makalah_konflik
SUMBER :
Komentar
Posting Komentar