Holla, Welcome back to my blog
Kali ini saya akan membahas
tentang Klasifikasi Gaya Kepemimpinan di Suatu Perusahaan
okehh langsung aja yaa kita
mulai…
Pertama-tama mari kita bahas apa
itu gaya kepemimpinan
Gaya
kepemimpinan
dapat diartikan sebagai penampilan atau karakteristik khusus dari suatu bentuk
kepemimpinan ( Follet, 1940; dikutip dari Gillies, 1996 ). Telah disebutkan
bahwa gaya kepemimpinan tersebut dipengaruhi oleh sifat dan perilaku yang
dimiliki oleh pemimpin. Karena sifat dan perilaku antara seorang dengan orang
lainnya tidak persis sama, maka gaya kepemimpinan (leadership style)
yang diperlihatkanpun juga tidak sama. Bertitik tolak dari pendapat adanya
hubungan antara gaya kepemimpinan dengan perilaku tersebut, maka dalam
membicarakan gaya kepemimpinan yang untuk bidang administrasi sering dikaitkan
dengan pola manajemen (pattern of management), sering dikaitkan dengan
pembicaraan tentang perilaku.
Dasar yang dipakai
untuk menentukan gaya kepemimpinan:
1.
Tugas
yang harus dilakukan oleh pemimpin
2.
Kewajiban
pemimpin
3.
Falsafah
yang dianut pemimpin
Tergantung dari sifat dan
perilaku yang dihadapi dalam suatu organisasi dan atau yang dimiliki oleh
pemimpin, maka gaya kepemimpinan yang diperlihatkan oleh seorang pemimpin dapat
berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Berikut ini adalah pengertian
singkat gaya kepemimpinan menurut para ahli :
·
Menurut
House dalam Gary Yukl, (2009:4)
mengatakan bahwa : Kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi,
memotivasi, dan membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi
efektivitas dan keberhasilan organisasi.
·
Menurut
Terry dalam Wahjosumidjo, (1994:25)
menyatakan bahwa “Leadership is the activity of infuencing exercised to strive
willingly for group objectives” (Kepemimpinan adalah kegiatan dalam
mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan
kelompok).
·
Menurut
Dubin dalam Wahjosumidjo, (1994:21) “Leadership is the exercises of authority
and the making of decisions” (Kepemimpinan adalah aktivitas para pemegang
kekuasaan dan membuat keputusan).
·
Menurut
Stogdill dalam Stonner, (2003:161)
“Kepemimpinan adalah suatu proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang
berkaitan dengan pekerjaan dan anggota kelompok”.
Berbagai gaya
kepemimpinan tersebut jika disederhanakan dapat dibedakan atas empat macam, yaitu :
1.
Gaya Kepemimpinan Otoriter
Gaya kepemimpinan otokratis adalah gaya kepemimpinan
yang menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi secara otoriter,
melakukan sendiri semua perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan dan memotivasi
bawahan dengan cara paksaan, sanjungan, kesalahan dan penghargaan
untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Pada gaya kepemimpinan ini
segala keputusan berada di tangan pemimpin. Pendapat atau kritik dari bawahan tidak pernah dibenarkan.Pada
dasarnya sifat yang dimiliki sama dengan gaya kepemimpinan dictator tetapi
dalam bobot yang agak kurang.
Gaya
kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Wewenang
mutlak berada pada pimpinan
b.
Keputusan
selalu dibuat oleh pimpinan.
c.
Kebijaksanaan
selalu dibuat oleh pimpinan.
d.
Komunikasi
berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan.
e.
Pengawasan
terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan
secara ketat.
f.
Prakarsa
harus selalu berasal dari pimpinan.
g.
Tidak
ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan
atau pendapat.
h.
Tugas-tugas
dari bawahan diberikan secara instruktif.
i.
Lebih
banyak kritik daripada pujian.
j.
Pimpinan
menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat.
k.
Pimpinan
menuntut kesetiaan tanpa syarat.
l.
Cenderung
adanya paksaan, ancaman dan hukuman.
m.
Kasar
dalam bersikap.
n.
Tanggung
jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan
2. Gaya
Kepemimpinan Demokratis
Gaya
kepemimpinan demokratis adalah gaya seorang pemimpin yang menghargai karakteristik
dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota organisasi. Pada gaya kepemimpinan
demokratis ( democratic leadership style ) ditemukan peran serta bawahan dalam
pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah. Segi positif dari gaya
kepemimpinan ini mendatangkan keuntungan antara lain keputusan serta tindakan
yang lebih objektif, tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang
tinggi. Sedangkan kelemahannya keputusan serta tindakan kadang-kadang lamban,
rasa tanggung jawab kurang, serta keputusan yang dibuat terkadang bukan
suatukeputusan yang terbaik.
Gaya kepemimpinan ini
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Wewenang
pimpinan tidak mutlak.
b.
Pimpinan
bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan.
c.
Keputusan
dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan.
d.
Komunikasi
berlangsung timbal balik.
e.
Pengawasan
dilakukan secara wajar.
f.
Prakarsa
datang dari bawahan.
g.
Banyak
kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan.
h.
Tugas-tugas
dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripadainstruktif.
i.
Pujian
dan kritik seimbang.
j.
Pimpinan
mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas masing-masing.
k.
Pimpinan
kesetiaan bawahan secara wajar.
l.
Pimpinan
memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak.
m.
Tercipta
suasana saling percaya saling hormat menghormati, dan saling menghargai.
n.
Tanggung
jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-sama
3. Gaya
Kepemimpinan Partisispasif
Gaya kepemimpinan partisipasif
merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang menyampaikan
hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya.
Staf dimintai saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap
usulannya, dan keputusan akhir ada pada kelompok.
4. Gaya
Kepemimpinan Laissez-Faire
Kepemimpinan
Laisssez Faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja
sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan pelaksanaanya
dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan. Dalam kepemimpinan
laissez-faire merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan
tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi. Staf/ bawahan mengevaluasi
pekarjaan sesuai dengan caranya sendiri.
Gaya kepemimpinan ini
bercirikan sebagai berikut:
a.
Pemimpin
melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan.
b.
Keputusan
lebih banyak dibuat oleh bawahan.
c.
Kebijaksanaan
lebih banyak dibuat oleh bawahan.
d.
Pimpinan
hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan.
e.
Kepentingan
pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok.
f.
Pemimpin
melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan.
g.
Hampir
tiada pengawasan terhadap tingkah laku.
h.
Prakarsa
selalu berasal dari bawahan.
i.
Hampir
tiada pengarahan dari pimpinan.
j.
Peranan
pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok.
k.
Tanggung
jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan
Selanjutnya
dapat dikemukakan bahwa keempat gaya kepemimpinan diatas memiliki kelebihan dan
kekurangan tersendiri. Setiap gaya kepemimpinan biasa efektif dalam situasi tertentu
tetapi tidak efektif dalam situasi lainnya ( Tannenbaum dan Schmit, 1973;
dikutip dari Gillies, 1996 ).
Faktor yang
menentukan efektifitas gaya kepemimpinan secara situsional meliputi : Kesulitan
atau kompleksitas tugas yang diberikan, waktu yang tersedia untuk menyelesaikan
tugas, ukuran unit organisasi, pola komunikasi dalam organisai, latar belakang
pendidikan dan pengalaman pegawai, kebutuhan pegawai dan kepribadian
pemimpin ( Gillies, 1996 )
Selanjutnya kita bahas mengenai
macam-macam gaya kepemimpinan, menurut beberapa para ahli ada bermacam-macam
gaya kepemimpinan yaitu :
A.
Gaya
kepemimpinan menurut Thoha (2013:49)
mengatakan bahwa gaya kepemimpinan terbagi menjadi dua kategori gaya yang
ekstrem yaitu :
1)
Gaya kepemimpinan otokratis, gaya ini dipandang sebagai gaya
yang di dasarkan atas kekuatan posisi dan penggunaan otoritas.
2)
Gaya kepemimpinan demokratis, gaya ini dikaitkan dengan
kekuatan personal dan keikutsertaan para pengikut dalam proses pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan.
B.
Gaya
kepemimpinan menurut pendapat Hasibuan
(2007:170) gaya kepemimpinan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1)
Kepemimpinan Otoriter adalah jika kekuasaan atau
wewenang, sebagian besar mutlak tetap berada pada pimpinan atau kalau pimpinan
itu menganut sistem sentralisasi wewenang. Pengambilan keputusan dan
kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak 14 diikutsertakan
untuk memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan. Orientasi kepemimpinannya difokuskan hanya untuk peningkatan
produktivitas kerja karyawan dengan kurang memperhatikan perasaan dan
kesejahteraan bawahan.
2)
Kepemimpinan Partisipatif adalah apabila dalam
kepemimpinannya dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang
serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin
memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan. Bawahan harus
berpartisipasi memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan.
3)
Kepemimpinan Delegatif apabila seorang pemimpin
mendelegasikan wewenangnya kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian,
bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa
dalam melaksanakan pekerjaannya.
C.
Gaya
kepemimpinan menurut Sutikno (2014:35)
mengatakan gaya kepemimpinan atau perilaku kepemimpinan. Tipe kepemimpinan yang
luas dikenal keberadaanya adalah sebagai berikut :
1)
Tipe Otokratik, tipe kepemimpinan ini
menganggap bahwa kepemimpinan adalah hak pribadinya (pemimpin), sehingga ia
tidak perlu berkonsultasi dengan orang lain dan tidak boleh ada orang lain yang
turut campur. Seorang pemimpin yang tergolong otokratik memiliki serangkaian
karateristik yang biasanya dipandang sebagai karakteristik yang negatif.
Seorang pemimpin otokratik adalah seorang yang egois.
2)
Tipe Kendali Bebas atau Masa Bodo
(Laisez Faire), merupakan
kebalikan dari tipe kepemimpinan otokratik. Dalam kepemimpinan tipe ini sang
pemimpin biasanya menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali menghindar
diri dari 16 tanggung jawab. Seorang pemimpin yang kendali bebas cenderung
memilih peran yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut temponya
sendiri.
3)
Tipe Paternalistik, persepsi seorang pemimpin yang
paternalistik tentang peranannya dalam kehidupan organisasi dapat dikatakan
diwarnai oleh harapan bawahan kepadanya. Harapan bawahan berwujud keinginan
agar pemimpin mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan layak
dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk, memberikan
perhatian terhadap kepentingan dan kesejahteraan bawahannya. Pemimpin yang
paternalistik mengharapkan agar legitimasi kepemimpinannya merupakan penerimaan
atas peranannya yang dominan dalam kehidupan organisasi.
4)
Tipe Kharismatik, seorang pemimpin yang
kharismatik memiliki karakteristik khusus yaitu daya tariknya yang sangat
memikat, sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar dan para
pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara konkrit mengapa orang
tersebut itu dikagumi. Hingga sekarang, para ahli belum berhasil menemukan
sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma. Yang diketahui ialah
bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar.
5)
Tipe Militeristik, pemimpin tipe militeristik
berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Pemimpin yang bertipe
militeristik ialah pemimpin dalam menggerakan bawahannya lebih sering
mempergunakan sistem perintah, senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya,
dan senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan. Menuntut disiplin yang
tinggi dan kaku dari bawahannya, dan sukar menerima kritikan dari bawahannya.
6)
Tipe Pseudo-demokratik, tipe ini disebut juga
kepemimpinan manipulatif atau semi demokratik. Tipe kepemimpinan ini ditandai
oleh adanya sikap seorang pemimpin yang berusaha mengemukakan keinginan-keinginannya
dan setelah itu membuat sebuah panitia, dengan berpura-pura untuk berunding
tetapi yang sebenarnya tiada lain untuk mengesahkan saran-sarannya. Pemimpin
seperti ini menjadikan demokrasi sebagai selubung untuk memperoleh kemenangan
tertentu.
7)
Tipe Demokratik adalah tipe pemimpin yang
demokratis, dan bukan kerena dipilihnya sipemipin secara demokratis. Tipe
kepemimpinan dimana pemimpin selalu bersedia menerima dan menghargai
saran-saran, pendapat, dan nasehat dari staf dan bawahan, melalui forum
musyawarah 18 untuk mencapai kata sepakat. Kepemimpinan demokratik adalah
kepemimpinan yang aktif, dinamis, dan terarah. Kegiatan-kegiatan pengendalian
dilaksanakan secara tertib dan bertanggung jawab. Pembagian tugas disertai
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas, memungkinkan setiap anggota
berpartisipasi secara aktif.
D.
Gaya
kepemimpinan menurut White dan Lippit
1) Gaya
kepemimpinan Otokratis
Gaya
kepemimpinan Otokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala
kegiatan yang akan dilakukan semata-mata diputuskan oleh pimpinan.
Adapun
ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis adalah sebagai berikut:
•
Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin.
•
Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin.
•
Kebijakan selalu dibuat oleh pemimpin.
•
Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan.
•
Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya
dilakukan secara ketat.
•
Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran pertimbangan atau
pendapat.
•
Lebih banyak kritik dari pada pujian, menuntut prestasi dan kesetiaan sempurna
dari bawahan tanpa syarat, dan cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman.
2) Gaya
Kepemimpinan Birokratis
Gaya
ini dapat dilukiskan dengan kalimat “memimpin berdasarkan peraturan”. Perilaku
pemimpin ditandai dengan keketatan pelaksanaan prosedur yang berlaku bagi
pemipin dan anak buahnya. Pemimpin yang birokratis pada umumnya membuat
keputusan-keputusan berdasarkan aturan yang ada secara kaku tanpa adanya
fleksibilitas. Semua kegiatan hampir terpusat pada pimpinan dan sedikit saja
kebebasan orang lain untuk berkreasi dan bertindak, itupun tidak boleh lepas
dari ketentuan yang ada.
Adapun
karakteristik dari gaya kepemimpinan birokratis adalah sebagai berikut:
•
Pimpinan menentukan semua keputusan yang bertalian dengan seluruh pekerjaan dan
memerintahkan semua bawahan untuk melaksanakannya.
•
Pemimpin menentukan semua standar bagaimana bawahan melakukan tugas.
•
Adanya sanksi yang jelas jika seorang bawahan tidak menjalankan tugas sesuai
dengan standar kinerja yang telah ditentukan.
3) Gaya
Kepemimpinan Demokratis
Gaya
kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai
kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Adapun
ciri-cirinya sebagai berikut:
•
Wewenang pemimpin tidak mutlak.
•
Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan.
•
Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan.
•
Komunikasi berlangsung secara timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan
dan bawahan maupun sesama bawahan.
•
Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan
dilakukan secara wajar.
•
Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan.
•
Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan atau
pendapat, tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan
dari pada intruksi.
•
Pimpinan memperhatikan dalam bersikap dan bertindak, adanya saling percaya,
saling menghormati.
4) Gaya
Kepemimpinan Laissez Faire
Gaya
ini mendorong kemampuan anggota untuk mengambil inisiatif. Kurang interaksi dan
kontrol yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini hanya bisa berjalan
apabila bawahan memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan akan mengejar
tujuan dan sasaran cukup tinggi. Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit
sekali menggunakan kekuasaannya atau sama sekali membiarkan anak buahnya untuk
berbuat sesuka hatinya.
Adapun
ciri-ciri gaya kepemimpinan Laissez Faire adalah sebagai berikut:
•
Bawahan diberikan kelonggaran atau fleksibel dalam melaksanakan tugas-tugas,
tetapi dengan hati-hati diberi batasan serta berbagai produser.
•
Bawahan yang telah berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya diberikan hadiah atau
penghargaan, di samping adanya sanksi-sanksi bagi mereka yang kurang berhasil,
sebagai dorongan.
•
Hubungan antara atasan dan bawahan dalam suasana yang baik secara umum manajer
bertindak cukup baik.
•
Manajer menyampaikan berbagai peraturan yang berkaitan dengan tugas-tugas atau
perintah, dan sebaliknya para bawahan diberikan kebebasan untuk memberikan
pendapatannya.
Sumber
Komentar
Posting Komentar