Akhir-akhir ini, kabar hoax alias palsu bertebaran di media sosial. Mulai dari soal agama, astronomi, hingga masalah politik. Di Indonesia, hoax paling kental adalah soal politik yang berkelindan dengan agama. Fenomena itu ternyata bukan hal baru.
Guru besar Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran, Bandung, Deddy Mulyana, menyebut ada faktor utama yang menyebabkan informasi palsu (hoax) mudah tersebarnya di Indonesia. Faktor itu yakni karakter asli masyarakat Indonesia yang dinilai tidak terbiasa berbeda pendapat atau berdemokrasi secara sehat. Ia menyebut kondisi itu merupakan salah satu faktor mudahnya masyarakat menelan hoax yang disebarkan secara sengaja. “Sejak dulu orang Indonesia suka berkumpul dan bercerita. Sayangnya, apa yang dibicarakan belum tentu benar. Sebab budaya kolektivisme ini tidak diiringi dengan kemampuan mengolah data," kata Deddy. Menurut Deddy, kebanyakan masyarakat tidak terbiasa mencatat dan menyimpan data sehingga sering berbicara tanpa data. Di sisi lain, ia menyebut masyarakat lebih senang membahas aspek-aspek yang berkaitan dengan kekerasan, sensualitas, drama, intrik dan misteri.
Konsumen Indonesia lebih mudah menerima konten online. Hal inilah yang menjadi alasan mudahnya berita bohong alias hoax mudah tersebar di Indonesia. Tingginya tingkat kepercayaan konsumen Indonesia dengan konten onlineini, berbanding terbalik dengan tingkat kepercayaan penduduk dunia. Dimana hanya satu dari tiga (35 persen) penduduk dunia yang menganggap konten yang mereka lihat dapat dipercaya. Banyak juga orang yang menyebarkan berita hoax tanpa melihat isinya dan padahal isinya berbeda dengan judulnya. Hoax bisa dengan cepatnya menyebar salah satunya karena minat baca masyarakat Indonesia yang sangat rendah. Bahkan menurut data Unesco, minat baca masyarakat Indonesia ada di peringkat 60 dari 61 negara. Lebih banyak yang aktif di media sosial ketimbang membaca, sehingga tidak mengherankan kalau media sosial kita banyak diisi berita-berita hoax. Kasus Saracen mengungkapkan bahwa produksi hoax dapat menjadi bisnis. Dulu ungkapan mulutmu adalah harimaumu, dan kini jempolmu adalah harimaumu.
Orang kini melihat dan membaca apa yang diketahui. Karena itulah bacalah, lihatlah dan dengarlah apa yang engkau ketahui. Media massa dapat menjadi proses check and ricek. Kredibilitas media massa dapat hilang dengan menyebarkan berita hoax.
Beberapa hal ini menjadi pemicu mengapa hoax atau berita palsu mudah menyebar:
- Bias Informasi
Banyaknya kabar yang tersiar menjadi salah satu penyebab bias informasi. Anda mungkin akan memberi perhatian lebih pada berita yang terkait dengan kehidupan dan memiliki judul yang fenomenal. Padahal, belum tentu info tersebut benar dan sesuai.
- Tidak Peduli Kredibilitas Sumber Berita
Kredibilitas nampaknya bukan menjadi poin utama kebanyakan pengguna media sosial. Banyak yang mudah menyebarkan tanpa memberi perhatian terhadap sumber berita—apakah terpercaya atau hanya dari blog biasa. Padahal, sudah seharusnya Anda memeriksa kredibilitas dari media maupun nara sumber berita yang Anda baca.
- Info dari Kerabat
Mendapat kabar yang disebarkan oleh orang yang dipercaya membuat Anda dengan mudah yakin begitu saja. Penyebabnya karena otak Anda seolah ‘melemah’ karena kepercayaan yang sudah diberikan kepada si penyebar informasi. Apalagi jika info Anda peroleh dari teman dekat atau saudara.
- Trik ‘Click Bait’
Pengakses daring yang semakin banyak membuat beberapa pihak berusaha mendapatkan atensi. Salah satu bentuknya adalah judul video atau artikel yang bombastis tanpa isi yang jelas dan tidak realistis. Hal ini dieprburuk dengan masih banyaknya orang yang memberi perhatian lebih hanya pada judul berita, meskipun tidak sesuai dengan isi, sehingga bisa menjadi berita bohong yang tersebar dengan mudahnya.
Sudah seharusnya Warga Indonesia menjadi semakin kritis dengan banyaknya hoax yang tersebar. Jangan sampai berita palsu ini justru berhasil mempengaruhi diri dan menambah rusak citra media sosial Anda sendiri sebagai salah satu tempat menyebarnya berita tidak terpercaya.
-----------------------------------------------------------------------
Komentar
Posting Komentar